Meningkatkan Budaya K3 di Pabrik Pewarna Sintetis
Topik ini sebenarnya topik lama yang seharusnya sudah lama diterapkan dalam perusahaan, namun dalam kenyataannya banyak organisasi atau industri masih kesulitan bagaimana caranya menumbuhkan budaya K3 dalam perusahaan. Bagi organisasi yang sudah menerapkan budaya K3 dengan baik seperti perusahaan multinasional maka pekerja yang bergabung bisa langsung menyesuaikan diri dengan budaya K3 dalam organisasi.
Ada beda kondisi tentang budaya K3 antara negara Indonesia dengan negara maju sperti di Inggris misalnya. Di Inggris, semua kontraktor atau perusahaan tunduk dengan aturan K3 yang di keluarkan oleh HSE ( Health Safety Executive) jadi pertangungan jawabnya semua mitra kerja dan perusahaan pada HSE bukan pemberi kerja. Oleh karena standard K3 yang dimiliki oleh semua kontraktor and perusahaan sama standard yang dipakai. Mitra kerja hanya memenuhi sesuai yang diminta oleh pemberi kerja karena dianggap pemenuhan K3 akan berdampak sebagai cost. Untuk perusahaan minyak dan gas sudah mengimplementasikan supaya mitra kerja untuk menghitung budget K3 dalam penawaran pekerjaannya juga biaya APD yang habis pakai
Untuk mengembangkan Budaya K3 di Pabrik Pewarna Sintetis hubungi Konsultan Safety 081219844844
Kontraktor dan perusahaan masih tingkatan kepatuhan (compliance) terhadap persyaratan peraturan K3 supaya terbebas dari aspek hukum tapi sebenarnya budaya K3 belum berkembang dengan baik. Kepatuhan hanya melakukan apa yang diminta oleh peraturan merupakan syarat minimum namun dalam kenyataan pekerjaan sehari-hari kepatuhan saja masih kurang untuk menjaga keselamatan diri sendiri maupun orang lain. Bagi perusahaan pemenuhan peraturan ini di tunjukkan dengan fokusnya memakai APD. Bagi organisasi yang sudah bertumbuh budaya, maka organisasi tersebut akan meningkatkan diri dengan praktek-praktek terbaik (conformance) dan secara tidak langsung kepatuhan kepada peraturan K3 sudah pasti di[enuhi. Dengan demikian budaya K3 dalam perusahan tersebut sudah dewasa.
Bagaimana menumbuhkan budaya K3 di Pabrik Pewarna Sintetis?
- Budaya K3 Korporat
- Menerapkan Budaya K3 secara terukur
- Fokus pada perilaku pekerja
Perusahaan yang mempunyai budaya K3 yang sudah berkembang sangat dipengaruhi oleh Budaya K3 Korporatnya khususnya perusahaan multinasional yang sahamnya ada dipasar modal internasional. Bagi perusahaan seperti ini Resiko reputasi mempunyai harga yang sangat tinggi karena berkaitan langsung dengan naik turunnya harga saham.
Bagi Korporat. K3 adalah bagian terpenting dalam bisnis lebih dari pada hanya sekedar pencapaian produksi maupun laporan keuangan karena K3 adalah nilai-nilai kehidupan . Itulah sebabnya bagi skala international “Kebijakan K3” sangat penting sebagai dasar budaya K3 dalam perusahaan. Pertimabangan lain, dengan adanya Kebijakan K3 juga menuntut perusahaan yang memastikan peralatan kerja yang memadai untuk keselamatan pekerja. Korporat perusahaan mengerti dengan adanya budaya K3 yang dewasa akan meningkatkan kwantitas maupun kualitas produksi, mengurangi cacat produksi, meningkatkan kesehatan pekerja, mengurangi pemborosan baik dari biaya orang sakit maupun waktu dan hal-hal lainya yang terbuang dengan sia-sia.
Menerapkan budaya K3 yang terukur membutuhkan dedikasi dari leadership. Perusahaan BOC atau Linde misalnya pada tahun 2005 sudah menerapkan program LeadSafe untuk manajemen perusahaan, program SiteSafe untuk memastikan pabrik aman, program ActSafe memastikan semua karyawan dan pekerja bekerja dengan aman, dan DriveSafe untuk memastikan pengemudi dan alat transportasi dalam kondisi aman.
Program K3 ini merupakan program akbar yang memerlukan komitmen dan keterlibatan secara langsung dari pimpinan perusahaan dan pekerja. Bagi pimpinan perusahaan, kerterlibatannya harus terlihat dengan jelas dan dapat dirasakan dampaknya oleh pekerja. Manajemen yang terdiri dari pimpinan, manajer, supervisor dan pekerja harus dibuatkan tugas dan tanggung jawabnya. Program-program kerja harus di evaluasi tingkat kesuksesannya melalui pertemuan-pertemuan K3. Buatkan laporan-laporan secara terbuka dalam bentuk statistic yang mudah dimengerti baik oleh manajemen maupun pekerja.
Perilaku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan atau dikatakan oleh pekerja. Lakukan obervasi untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pada Unsafe Act termasuk sikap dan situasi penyebab kejadian. Perkuatlah dan beri appresiasi terhadap semua perilaku aman, baik dan sikap jujur, mengakui kesalahan, dan terlebih usaha2 untuk kemajuan K3. {Manajemen|Pimpinan harus sering melakukan ‘Walk the talk” untuk melakukan “Safety Engagement” dengan pekerja, menanyakan beberapa hal seperti:
– Apakah ia memahami procedure kerja?
– Apakah ia tahu resiko terbesar dari pekerjaan yang dia lakukan.
– Apakah ada ide2 untuk meningkatkan effisiensi atau kualitas pekerjaan.
– Apakah yang ia harapkan terhadap pimpinan perusahaan.
– Ucapkan terima kasih atas usahanya meningkatkan K3
– Dst.
Pada saat dimana seseorang masuk level interdependent, maka pekerja menyadari pentingnya K3 untuk dirinya sendiri dan perlu melindungi teman sekerja dan orang lain dengan hati yang tulus (genuine care), cara pandang keselamatan orang lain seperti keselamatan dirinya sendiri, maka pada momen kondisi seperti itu maka Budaya K3 telah lahir dalam perusahaan itu. Bayi budaya K3 dalam perusahaan harus terus di bantu oleh pimpinan perusahaan dan juga oleh pekerja sehingga bola salju kecil itu bergulir menjadi bola salju yang besar; kultur K3 yang berkembang ini akan menjadi magnet pekerja lainnya tertarik masuk dalam “putaran” budaya K3 perusahaan dan pekerja yang tidak berbudaya K3 akan kelihatan aneh dalam perusahaan.